Cinta dalam setiap langkah

Suatu waktu, aku pernah merasa bangga dengan apa yang kucapai atau apa
yang telah kulakukan. Semua sepertinya merupakan jelmaan dari ilmu
yang telah kupelajari, yang walaupun aku tahu masih harus belajar lagi
lagi dan lagi, tapi untuk saat itu aku merasa telah sempurna dalam
menerapkan ilmu untuk semua tindakan dan keputusan yang kubuat.
Dibilang narsis sebenarnya bukan itu yang kurasakan, tapi emang
kelihatan jadi seperti itu. Dibilang sempurna, meski itu yang
kurasakan, namun sebenarnya masih bisa lebih baik lagi. Well, semua
itu mungkin cermin dari rasa percaya diri yang sangat tinggi.
But, ketika aku tersentuh dengan wacana dari seorang teman, pikiranku
berubah. Temanku mengemukakan wacana tentang fungsi seseorang, dengan
menambahkan perasaan cinta sebagai penguat dalam menjalankan fungsi
tersebut. Misal fungsi atasan dengan bawahan, Bos dengan karyawan,
Suami dengan istri (kalau ini memang mostly harus dengan cinta dong,
masak married by accident semua … nggak mungkin kan) kita dengan
sahabat, majikan dan pembantu, penyedia dan pengguna, dll. So selain
dengan ilmu dalam mengambil tindakan, semua itu dibarengi dengan
cinta, ikatan emosional. Hasilnya mungkin sama dengan yang tidak
menggunakan ikatan emosional itu … tetapi kualitas dan kontinuitasnya
akan jauh berbeda. Lebih dahsyat lagi barangkali. Dan aku percaya this
kind of act, yang mesti kita lakukan. Harapannya juga, menjadikan
hidup kita sendiri lebih berkualitas
Sehingga akhirnya membuat aku berpikir, sudahkah saya menambahkan
bumbu itu (cinta) dalam setiap apa yang aku lakukan. Apa yang aku
lakukan itu mempunyai nilai apa ? Sudahkan ada cinta dalam setiap
langkahku ?
Seketika rasa bangga (lihat kalimat pertama) yang kurasakan
sebelumnya mendadak tertahan, karena aku harus menghitung ulang lagi
what did I do. Dan hingga kini, masih bertanya terus dalam hati,
Instropeksi. Sampai pada suatu kesimpulan, mungkin waktu yang akan
menjawab dengan sendirinya.

Komentar

Postingan Populer